Aku mengetuk pintu...
Seseorang dengan senyum indah datang membukakan...
Tak bicara namun akrab...
Dimanakah aku sekarang?
Pertanyaan yang hanya dijawab dengan sebuah anggukan...
Pintu itu tak lagi dapat tertutup...
Terbanjiri angin yang berkomplot membawa perasaan yang hilang...
Selang beberapa saat
aku menyadari bahwa aku...sendirian....
Tiba-tiba tawa terhenti
Berubah muram tanpa pesan
Tak ada penjelasan
Tak ada alasan...
Tak menceritakan apapun
Tiba-tiba hati tak lagi menari
Berubah temaram tanpa hiasan
Padahal detik yang terlewati masih baik-baik saja
Tak ada alasan
Tak ada penjelasan...
Salahkah langkah ini?
Salahkah lisan ini?
Salahkah memperhatikannya seperti ini?
Sebutlah apapun itu, ini hanya sebuah....tanya
Sebait celah sunyi tak menemukan bintang
Tak terarah dan tak jua menyerah
Hanya terkulai di secarik lelah
Satu...Dua....Tiga....
Datang dan pergi silih berganti...
Nafas mulai terengah menahan pasrah..
Namun penantian tak kunjung usang..
Anak tangga tak berdasar tak tampak terlihat...Jauh..
Menangkup masa depan pada sebaris kiasan..
Iniliah alunan rindu...
Inilah alunan jiwa-jiwa yang terkurung rasa itu...
Riwayat batin masih tak terbaca
Kesukaan jiwa masih tak diketahui
Meredam dalam senja temaram..
Meredup dalam timbangan biduk..
Bernama...
Partitur hidup........
Aku masih menemani kakak ku di Rumah Sakit, operasinya berjalan lancar, bahkan tidak lama lagi sudah boleh pulang, semoga kamu juga ya dear, yes..of course.. :)
Tuhan masih terus mempertemukan aku dengan orang-orang yang luar biasa. Aku memanggilnya Oma. Usianya 64 tahun dear, tapi dia begitu luar biasa, dia masih segar dan bahkan gagah sekali. Oma kuat sekali seperti dirimu dear...Oma berasal dari Bangka Belitung, aku berkenalan dengan Oma beberapa hari lalu, tapi kini kami sudah sangat akrab dear. Jangan cemburu sama Oma ya.. ^_^
Beberapa hari lalu ketika pertama kali datang ke rumah sakit ini, aku melihat Oma terbaring sendirian, melihat jendela yang mengarah ke taman. Tapi senyum tak pernah lepas dari wajahnya, mata sipitnya semakin terbenam ketika dia terus tersenyum.
"Ade sakit apa?" oma bertanya,
Dalam hati aku bilang, "loooh kok dia tau nama aku, dukuun yaa.." #orang tua memang memanggil seperti itu pd yg lbh muda, bodoh! Oke..deal..
"bukan aku yang sakit Oma, kakak ku"
'Sakit apa?' tanya Oma lagi
"saat ini blm tau Oma, masih harus periksa Lab."
Kemudian tanpa kusadari, Oma mengundang masuk keruangan nya, mungkin lebih tepatnya, aku
yang meminta izin masuk untuk mengajak Oma berbincang,
Tanpa terasa canggung, Oma mulai menceritakan banyak hal, kadang kami tertawa kecil mengenai hal2 yang tidak terlalu penting, dan diakhir, Oma menceritakan sakitnya...
Ternyata Oma penyintas seperti kamu dear, mungkin ini yang membawaku pada Oma, selalu hanya tentang kamu.
Oma terkena kanker ovarium, sebelum ini dia sudah melakukan kemo puluhan kali, bahkan sempat
dirawat di Surabaya selama 2,5 tahun, dan yang buat hatiku teriris adalah, Oma sendirian, tak ada yang menemani atau mendampingi, sekarangpun Oma dirawat di rumah sakit inipun sendirian. Kanker Oma sudh stadium tiga, dan besok dia harus sudah kemo lagi, untuk kesekian puluh kali,
Oma seorang pejuang, kegigihan dan semangatnya mengingatkan aku pada seseorang yang aku
sayangi dear, Ikan Mas jelek, kamu, iya, kamu.......
Kita sudah sepakat bukan?, tidak apa seluruh dunia mempersalahkanku atas apapun itu, tapi harus kamu tau bahwa aku juga mempersalahkan diriku, keras kepalamu, semua kata 'baik-baik saja' yang ternyata sebaliknya, itu semua ternyata tak terjadi seperti seharusnya.
Maaf sayang, kali kita tidak sedang berkompromi pada sesuatu yang bisa ditawar. Aku hanya ingin melihatmu pulih, hanya itu. Aku akan menunggu, berapapun waktu yang diperlukan, aku pastikan aku selalu menunggu. Untuk kamu. Tapi untuk kali ini, izinkan semua proses itu seperti seharusnya sayang.
Maaf jika aku tak bicara lagi, aku tetap mengikuti mu, perkembanganmu dan semua tentang kamu, tapi tidak untuk berbicara lewat telfon dulu, tidak untuk saat-saat ini dear. Aku yakin kamu mengerti. Anggaplah ini adalah semua waktu yang pasti terbayar dengan semua kebahagiaan yang akan datang. Yakini saja, karena itu benar2 akan terjadi, asalkan kamu tetap...patuh.
Sudah cukup,
Aku tidak akan memaafkanmu jika tetap seperti itu,
Mengertilah walau sedikit..
Mimpikan apapun!
Tapi usahakan segalanya!
Aku tidak akan memaafkan diriku jika sesuatu terjadi padamu,
Dan aku juga tidak akan memaafkanmu jika keras kepalamu tetap seperti itu..
Waktu sudah memberikan ruang
Jangan lagi,... dibuang...
Semakin banyak cara untuk ditemukan...
Semakin banyak cara menghilang...
Mereka yang tinggal terlalu lama...
Atau mereka..yang pergi terlalu cepat...
Padamlah...di sudut pandangan tak terarahku...
Agar aku, senantiasa menemukanmu...
Karena kau terlihat berbeda..
Kini aku butuh seseorang yang gagah untuk menamparku dengan keras. Aku rasa aku mulai tidak waras sayang, aku mulai kesulitan membedakan mana kenyataan, hidup impian, imaginasi atau cerita khayalan. Aku rasa begitu.
Kamu benar-benar kembali terjaga dear... :').
Jam sudah menunjukan pkl 23.00 WIB aku masih diperjalanan pulang, seperti janjiku sebelumnya, aku hanya akan pulang jika kota Paris sudah beranjak senja, karena aku percaya kamu akan bangun disana. Aku terus menanyakan kabarmu, tapi tetap tak juga siuman.
Aku mulai resah, takut-takut semua keyakinan ini tak terjadi. Ku minta sahabatku itu untuk menyanyikan sebuah lagu atau berkata apapun padamu, anggap saja itu aku. Dia setuju.
Waktu sudah menunjukan jam 00.00 WIB.
"Berhasil akak, akhirnya mas mau, tadi Dd usir mba Ana, hek, sebentar, qt berdua di dlm,
dd pgang tgan mba, mas ngluarin apa yg ada dihati dia buka dialog yg qt mnta, mas menyanyikan 2 lagu dan di bait terakhir mba ngeluarin air mata, dan berbisik ntah bicara apa, kemudian mas membuka alatnya mba melihat dd akak...kemudian kata pertama yang di ucapkan 'nemo mana? Tadi dia disini?' ...Sempurna"
Pesan Dd kita yang aku terima. Kamu benar-benar pulang bersama senja itu sayang.
Dan tak lama, kita sudah kembali berbincang, suaramu masih sangat lirih, lemas, kamu siuman sayang.
Alhamdulillah...Ketika kita percaya dan meyakini sepenuh hati, maka keajaiban selalu bisa terjadi...seperti juga hari ini...Rindu dan semua hal yang terjadi beberapa hari ini, termasuk air mata yang tak terhenti, kini sudah terganti, terbayar impas.
Lekas pulih sayang, kita lanjutkan pada muara rindu berikutnya...
Alhamdulillah...
Terimakasih ya Rabb...Kebahagiaan ini, tak terganti...kebahagiaan ini...entah bagaimana mengucapkannya...Terimakasih...
Bergeraklah...
Aku akan bersimbah dalam syukur..
Meski itu..hanya sejarak...
Satu jengkal...
*sebuah catatan ketika kamu masih terbaring tak sadarkan diri...dalam tidur panjangmu...
Kami berserah padamu..
Merajutkan sendi-sendi putus yang terpecah..
Menyulam cahaya bintang menghias malam..
Ajarkan pada kami cara terbang tanpa harus tenggelam..
Ajarkan pada kami cara meredam tanpa harus hilang..
Bimbing kami menuju senja yang sempurna ya Rabb...
Agar kami kembali bersama..
Sentuh Ia dengan belai kasihmu ya Rabb
Agar Ia terbangun dengan semua kebahagiaan Dan kesembuhannya..
Sentuh ia dengan rahmatmu ya Rabb
Agar Ia segera terbangun dan mewujudkan semua hal yang diimpikannya...
Kamu kenapa sayang? Kenapa tiba2 berteriak seperti itu, dokter kembali memeriksamu, dan syukurlah kondisi tubuhmu baik saja, mereka hanya tidak tau sampai kapan kamu akan terbaring...apa kamu sedang bersiap dear?....untuk senja ini...untuk terjaga seutuhnya..
Oia, aku sedang mencari gambar, aku kembali meneruskan hobiku ini, karena waktu itu kamu menanyakannya, dan aku jadi teringat kembali, hujan yang kusuka yang biasa kuabadikan. Untukmu dear...selain itu aku sudah tidak sabar menantikannya..senja..dan kuhabiskan waktu agar tak terasa..
Disini sudah jam 4 sore dear, dan masih ada sekitar 7 jam lagi hingga kamu siuman nanti, aku mau bilang apa y..aku masih belum tau, masih kupikirkan untukmu... :)
Apa boleh aku menawar waktu dear? Memajukan beberapa jam dari waktu yang telah diucapkan..karena aku sudah tidak sabar..menyambutmu datang....lekaslah siuman ...
Kita sedang menjadi lelucon terlucu dari kehidupan...
Mendekatlah..
Kujaga sepenuh hati...
Menjadikanmu sebagai...
Genggaman yang tak ingin kulepaskan....
Tidak sabar menantikan senja tiba, karena kamu akan terbangun disana, tersenyum dengan indah dan menjadikan waktu kembali berjalan normal seperti biasa, dimana kebahagiaan-kebahagiaan sederhana muncul dengan sendirinya.
Ketidaksabaran ini, membuat jantung bergedup lebih cepat dari biasanya. Ya, dan disini masih pagi, jadi kurasa, aku akan pergi saja, dan ketika senja tiba barulah kembali, dan tentu saja...aku akan mengatakan sesuatu padamu dear..Tapi akan kupirkan terlebih dahulu kata apa yang akan kusampaikan. Ini hari yang sangat istimewa, aku tidak ingin melewatkannya tanpa sesuatu yang istimewa pula, seperti juga kehadiran kamu.
Wake up dear...kita habiskan satu hari lagi berbagi rindu itu, mungkin dengan begitu semua nya akan tampak sempurna...
Sampai bertemu dear...bersama senja...
Mulai nyalakan kembali..
Langkah yang terhenti..
Menyanyikan lagu riang atau sekedar duduk dibawah pohon rindang
Atau sekedar terus berjalan
Atau sekedar, untuk bernafas.....
Tak sabar kutunggu hari esok
Yang serasa lama dan tak dapat kugapai...
Tenangkan perasaanku..
Tenangkan perasaanku..
Sebaiknya ku cari..
Tenangkan perasaanku..
Tenangkan perasaanku..
Kan Kucari hingga dapat...
Kamu tau apa yang baru saja kamu lakukan? Lihat itu, bahkan kamu membuat aku semakin bingung, aku meyakini sepenuh hati bahwa itu tulisanmu, tak kuragukan sedikitpun, hanya saja aku sedikit terkejut mendapati tulisanmu itu, kurasa waktu nya yang cukup mengejutkan. Aku lega, tapi sekaligus......sebutlah apapun itu. Ingin sekali kutarik hidung mu itu agar kamu tau betapa perasaan ku ini menjadi campur aduk tidak karuan... :(
Singkronisitas yang terjadi yang membuatku percaya. Tak lama sebelum ini, Kawan ku itu mengirimkan sebuah email dan berkata: "aku tertidur kawan dan terbagun lagi, aku bermimpi kalo Ia mengatakan padaku "senja di menara effel itu benar-benar indah ki,".
Sempat-sempatnya kamu melakukan itu???. Apa kamu tidak tau betapa kami sangat mencemaskanmu???. Kamu harus tau, aku tidak menangis lagi!. Bukan karena aku tidak sedih, tapi karena air mataku sudah habis kucucurkan semalaman. Dan kurasa Rifky juga begitu, bahkan tadi pagi kami saling mengakui bahwa malam ini kami begitu 'cengeng'. Dan semua alasan itu adalah Kamu!. Dd!. Gumiho-gumiho jelek yang membuat kami cemas tak karuan.
Tuhan sudah dan selalu menunjukan kuasanya pada makhluknya, termasuk kita sayang, dan malam ini, hari ini, sekali lagi keajaiban terjadi, cerita ini, bahkan pertemuan denganmu pun adalah keajaiban bernama kebahagiaan tak terperi. Terutama setelah semua yang terjadi ini. Jangan khawatirkan aku disini sayangku, karena aku baik-baik saja, karena justru aku yang mengkhawatirkanmu, karena justru aku yang mencemaskanmu, satu-satunya hal yang dapat meredam semua itu adalah semua yang dijelaskan kawanku, aku percaya sepenuhnya padanya, aku percaya sayang, dan Rifky sudah melakukan banyak hal, sangat banyak hingga aku tak tau lagi bagaimana mengungkapkan terimakasih padanya.
Allah..hanya Allah...karena Allah...Aku percaya sayang, bahkan cinta dan perasaan inipun karena dia, semua ketulusan ini karena dia, perasaan yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Betapa aku takut kehilangan kamu. Aku tidak ingin.
Beristirahatlah sayang, berhentilah berjalan-jalan tanpa membawa serta tubuhmu itu, karena itu cukup menyeramkan, lihat wajah jelekmu itu, jika kamu melakukan itu lagi, kamu akan 100x lipat lebih jelek dari sekarang. Dan berhentilah bersikap keras kepala Ikan Mas Kepala Batu!. Bahkan Ana kamu buat terkejut ketika bangun dari tidurnya mendapati alat bantu pernafasan kamu terlepas. Jika kamu masih melakukan itu, kutarik hidungmu nanti!.
Setelah semua ini, semoga semuanya akan semakin membaik sayang, aku percaya itu, aku yakin itu, tugas kita adalah berusaha dan berdo'a, dan itu terus kita lakukan. Berserah padaNya menjadi satu-satunya hal yang harus kita lakukan. Aku bangga padamu sayang, aku percaya kamu kuat, aku percaya kamu bisa. Kamu punya aku sayang, kamu punya aku yang akan terus menunggu dan menjemputmu pulang. Dan banyak hal yang harus kita lakukan, termasuk merangkai hari indah itu. dan menikmati senja di bangku taman itu. Hanya kita berdua, dan untuk semua itu, kamu harus sembuh sayang, kamu harus melawan, kamu harus pulih. Aku menyayangimu tanpa bisa kujelaskan, aku memilihmu tanpa bisa ku paparkan. Karena bukan hanya aku yang menjadikanmu belahan jiwaku, tapi juga hatiku. Dan beruntungnya aku, hatimu melakukan hal yang sama...I love you dear....Lekaslah sembuh dan berhentilah berkepala batu, agar kau sembuh seutuhnya....
I miss you Ikan Mas...
Padahal dia hanya diam...
Tapi kehadirannya sangat dirindukan...
Padahal dia hanya tersenyum...
Tapi seluruh jiwa tunduk melamun...
Aku melihat senja dipagi hari
Ketika kemarau menepi menjejak lagi
Kamu sudah disana lengkap dengan senyuman
Tahukah apa lagi yang kulihat?
Ya, pelangi di malam hari...
Dan kali ini diceritakannya padaku tentang sebuah kisah, kamu mau dengar?
Seekor Coro, Putri dan Bunga Lili.
Suatu hari Putri terbangun dari tidurnya, dan seperti biasa Coro sudah berada di balik celah meja memperhatikan putri cantik pujaannya. Mendambakannya bahwa suatu hari Putri itu bersedia menghampirinya.
Putri beranjak dari tempat tidurnya, matanya masih sayu menahan kantuk, dia harus segera pergi ke meja makan untuk sarapan.
Di tempat lain, bunga lili tersenyum melihat tingkah Coro yang setiap pagi dilihatnya selalu berada di tempat yang sama. Dia mengintip dari jendela, terletak di antara rerumputan diluar rumah. Segaris dengan kamar Putri. Jika Putri tau keberadaannya, mungkin dia sudah memetiknya, karena dia begitu menyukai bunga Lili, dan Coro tau semua hal tentang putri, termasuk semua hal tentang kesukaannya.
Sebentar lagi mungkin bunga Lili tiba pada waktunya layu, kering lalu hilang. Coro selalu datang membawakan setetes air dan duduk mendengarkan semua yang diceritakan. Mereka berkawan.
"Ikatkan benang itu pada tangkaiku". Bunga Lili berkata pada Coro.
"Tapi nanti kau akan ketahuan, dan dipetik ole putri". Coro tidak mau.
"Tidak apa-apa, apalah artinya, sebentar lagi aku layu dan hilang dilahap bakteri lalu melebur menjadi tanah, aku tidak ingin hilang sia-sia".
"Putri pasti akan senang dengan pemberianmu, kau hanya perlu meletakkan benang itu di hadapan Putri agar dia dapat mengetahui letakku. Percayalah, semuanya akan baik-baik saja. Bukankah kau ingin Putri senang?". Bunga Lili tak mau menyerah.
Coro mengerti. Sebuah pelukan mengantarkan mereka pada sesuatu yang bernama....'perpisahan'.
Sang putri pergi kekamar mandi, mengenakan handuk baju berwarna putih. Coro kembali kekamar putri, kali ini dengan sebuah untaian benang tali di tangannya. Helai benang itu terulur hingga ke tempat Bunga Lili berada.
Setengah jam berlalu, Coro sudah mengambil posisi tepat di depan pintu kamar mandi. Air keran terdengar sudah dimatikan.
Sang putri teriak sekencang-kencangnya, Dia datang menghampiri Coro, Coro tersenyum menyambut sang Putri. Kebahagiaannya memuncak. Sang Putri semakin dekat, diambilnya sendal yang dikenakannya. "Plakk". Sebuah hantaman tepat melahap tubuh Coro. benangnya terlepas, tubuhnya hancur. Selang beberapa lama Putri kembali tenang. Dia membuang sisa-sisa tubuh Coro dengan sebuah hentakan kaki.
Putri sudah selesai berdandan. Dia berjalan perlahan menuju keluar kamar, dan dibeberapa langkah awal dia mendapati sebuah untain benang yang cukup panjang, melintas melewati jendela menuju halaman samping, tepat di depan jendela kamarnya. Diikutinya untaian benang tali itu. Dia tersenyum riang. Berjingkrak menemukan bunga Lili yang disukainya. Dipetiknya bunga Lili dengan penuh suka cita. Dibersihkannya sisa-sisa debu yang ada. Ditaruh di dalam pas bunga. Putri pergi menyelesaikan urusannya.
Senja berlalu, Putri akhirnya kembali kekamarnya. Dia benar-benar lelah. Sepatunya masih dikenakannya. Hanya tas nya yang diletakan. Putri terpejam.
Satu jam kemudian. Ibunya datang membangunkan.
"Sayang, ayo makan malam dulu".
Dimeja makan, seluruh anggota keluarga kecil itu sudah menunggu.
"Ibu, aku bermimpi, ada seorang pangerang, bernama Coro, datang membawakanku setangkai bunga Lili".
Bebas.
Terbang tanpa sayap tanpa batas
Tak takut terjatuh atau terlindas
Semua sudah lepas
Bebas.
Memaklumi semua hal yang tak mungkin memehami
Tak perih tak bersedih
Semua sudah pulih
Bebas.
Meneriakan apapun yang dihimpun hati
Memaafkan biduri keindahan
Semua ingin di perhatikan
Bebas.
Lihat langkahku
Mendaki awan menaiki hujan
Tersenyum dan melupakan
Menerima dan memahami cerita yang bahkan tak perlu didengar
Karena tempatnya begitu tinggi untuk digapai
Semua sudah pada arahnya
Semua sudah aku maafkan
Teruslah berjalan, tak perlu memperhatikan kerikil kecil yang tak dapat dijadikan pijakan, karena sakit yang ditimbulkannya akan tetap dengan rasa yang sama, maka jikapun harus begitu, lakukanlah dengan langkah yang besar.
Diruang dingin dengan sebuah jendela yang terbuka
Menampakan tanaman dan bunga dengan banyak warna
Menjadi satu-satunya penghibur yang ada dalam alunan suara lirih
Kakiku bahkan belum mampu menopang berat tubuh untuk berjalan
Tahukah kau bahwa aku terkurung rindu?
Setetes embun yang membasahi pipi mengungkapkannya
Ternyata itu air mata yang berlinang
Aku masih di tempat yang sama dan terus memikirkanmu..
Menghidupi diri dengan harapan..
Memupuknya dengan menyulam impian yang diidamkan..
Kita masih berada di satu titik yang sama
Entahlah, jarak memisahkan
Waktu tak mempertemukan
Tapi aku dimabuk rindu yang mencekam
Aku masih berada di satu titik yang sama..
Di satu titik yang tak beranjak...
Sudah....
kuceritakan kerikil yang sering mengusik mataku hingga berlinang..
tapi selalu kubersihkan agar tak ada yang melihatku seolah menangis...
tapi kenapa harus masuk menggantikan pedih yang sama...
Sudah....
kuceritakan kisah penuntun pilu yang kurapikan pada waktu yg terlewatkan...
tapi selalu kukenangkan agar tak ada yang memperhatikan seolah aku mengingatnya...
tapi kenapa harus menceritakan perulangan seolah kisah itu masih tersisa...
Sudah.....
kuceritakan tentang cara malam yang menjatuhkan...
tak ku berikan ruang sedikitpun pada penglihat lain...
dan selalu tercatat meski tak pernah kuutarakan...
tapi kenapa harus menulis prasasti yang menjatuhkan air mata...
Sudah....
kupersembahkan langkah terbaik yang tak biasanya ku lantunkan...
tak ku tunjukan pada pengharap lain walau terbinasa...
kusuguhkan meski tak pernah tersandarkan agar tersampaikan pesan ketulusan...
tapi kenapa harus menyangkalnya dengan kata2 yang tak seharusnya terdengar...
Mungkin...
waktu yang menjadikanku pendosa yang menjalani hukuman...
berkutat dengan genggaman yang tak ingin kulepaskan...
terdiam pada tempat yang tak ingin kutinggalkan...
hanya mengharapkan waktu berhenti berputar agar kebersamaan tak terhabiskan....
Malam menjatuhkan air mata karena aku bertanya...
mungkin sedikit menyalahkan langkahnya mengabaikan,...
kupikir akan terlewatkan begitu saja...
tapi ternyata siangpun tersedu karena aku memperhatikan..
Mencoba menggali pasir dengan kelopak mata...
untuk mempertegas garis halus perumpamaan keharusan...
pedoman langkah ketika aku kehilangan arah..
ternyata pedih...dan bukan hanya aku yang merasakannya...
Bukan seperti itu...
serabut senyum yang ingin kurapikan...
bukan seperti itu...
biduri malam yang kudiamkan...
Mungkin bait sederhana ini akan tetap seperti seharusnya...
menggantikan setiap langkah yang tak dapat kuutarakan...
bukan tak ingin...
setiap kali mencobanya, awan selalu mendung lalu menjatuhkan tangisan langit..
dan aku?...terdiam, terjebak tak tersisa...
tak mampu melangkah sedikitpun terhalang tangisan itu...
Mungkin terlalu kuat menjaga lukisan tak bertepi...
hingga terkadang tak terlihat jelas keindahan yang seharusnya tampak...
sebaiknya tetap memperhatikan dari jauh saja..
dan mempercayakannya pada angin pembawa pesan...
ya...harusnya malam tetap dengan malam nya saja...
dan langkah, tak harus terbebani cerita untuk bersama...
maaf...untuk semua kata yang tak terucap..
dan untuk hari-hari yang terlewatkan dengan terurai air mata yang kusebabkan...
Dipersimpangan jalan mereka berdebat menentukan arah yang akan mereka lalui...
"Ke kanan saja".
"Tidak! Ke kiri saja".
"Jangan! Ke kanan saja"..
"Tidak! sebaiknya kau ke kiri saja"...
Perdebatan yang mengakar pada kelakar...
"Kenapa tak kita coba keduanya?".
Salah satu dari mereka memberikan saran.
Sang waktu menjawab:
"Karena kau hanya hidup satu kali!"....
Senja di musim hujan menjadi temaram seperti langit malam. Membasuh diri dengan usapan butir lembutnya, sejuk, hanya melanjutkan hidup. Di sisi seberang, sebuah pohon hanya melambaikan dedaunan. Mencoba berbicara dalam bahasa yang tak dimengerti. Mungkin mereka mencoba mengingatkan.
Tak perlu menunjukan apapun! karena hal seperti itu hanya akan membuat langkah terlihat tak seharusnya, bahkan hanya akan membuat sebagian dari mereka merasa aneh dan menjauhi kepatutan bagi sebagian lainnya. Maka izinkan saja aku tersenyum dalam diam. Mematuhi dunia yang berlari-lari dalam pikiran. Toh mengungkapkannya hanya akan membuat sebagian mengerti dan sebagian lainnya tidak, memberikan pemakluman dalam berbagai cara yang sebaiknya tak diutarakan.
Tak perlu menunjukan apapun! karena pada akhirnya, hal seperti itu akan membuat dunia yang diimpikan dengan sangat luas hanya berwujud sebesar kotak sabun. Tidak. Aku tidak mau. Dan diam menjadi satu-satunya tempat terbaik untuk menjaga semua kemungkinan itu tetap ada. Jangan!. Jangan samakan diam lisan dengan langkah tanpa tindakan. Sungguh. Karena hal itu tak memiliki kesamaan.
Aku teringat pada waktu itu, meskipun tak tau pasti kukejar. Meskipun sangat membantu. Namun hari esok yang serasa lama dan tak dapat kugapai. Izinkan saja aku. Diamku. Karena aku, hanya ingin membiasa.
Bersama hujan, aku mengumandangkan do'a-do'a yang tak pernah kuceritakan....Membagi waktu bersamamu...di dalam pikiran...Menemukanmu dalam keindahan senyum...Meski harus menunggu semusim lagi...aku tetap akan melakukannya...Karena apapun itu..kau akan tetap hidup dan terkenang..Hingga kita berdua yang akan menjadi sebait cerita yang bernama kenangan itu....Mengenalmu, adalah cara Tuhan menunjukan keAgungan...Dan disampingmu, adalah cara ku mewujudkan semua impian......