Malam menjatuhkan air mata karena aku bertanya...
mungkin sedikit menyalahkan langkahnya mengabaikan,...
kupikir akan terlewatkan begitu saja...
tapi ternyata siangpun tersedu karena aku memperhatikan..

Mencoba menggali pasir dengan kelopak mata...
untuk mempertegas garis halus perumpamaan keharusan...
pedoman langkah ketika aku kehilangan arah..
ternyata pedih...dan bukan hanya aku yang merasakannya...

Bukan seperti itu...
serabut senyum yang ingin kurapikan...
bukan seperti itu...
biduri malam yang kudiamkan...

Mungkin bait sederhana ini akan tetap seperti seharusnya...
menggantikan setiap langkah yang tak dapat kuutarakan...
bukan tak ingin...
setiap kali mencobanya, awan selalu mendung lalu menjatuhkan tangisan langit..
dan aku?...terdiam, terjebak tak tersisa...
tak mampu melangkah sedikitpun terhalang tangisan itu...

Mungkin terlalu kuat menjaga lukisan tak bertepi...
hingga terkadang tak terlihat jelas keindahan yang seharusnya tampak...
sebaiknya tetap memperhatikan dari jauh saja..
dan mempercayakannya pada angin pembawa pesan...
ya...harusnya malam tetap dengan malam nya saja...
dan langkah, tak harus terbebani cerita untuk bersama...
maaf...untuk semua kata yang tak terucap..
dan untuk hari-hari yang terlewatkan dengan terurai air mata yang kusebabkan...


Leave a Reply

Diberdayakan oleh Blogger.