Jakarta, 22 Feb 2013
Aku melihat senja dipagi hari
Ketika kemarau menepi menjejak lagi
Kamu sudah disana lengkap dengan senyuman
Tahukah apa lagi yang kulihat?
Ya, pelangi di malam hari...
Dan kali ini diceritakannya padaku tentang sebuah kisah, kamu mau dengar?
Seekor Coro, Putri dan Bunga Lili.
Suatu hari Putri terbangun dari tidurnya, dan seperti biasa Coro sudah berada di balik celah meja memperhatikan putri cantik pujaannya. Mendambakannya bahwa suatu hari Putri itu bersedia menghampirinya.
Putri beranjak dari tempat tidurnya, matanya masih sayu menahan kantuk, dia harus segera pergi ke meja makan untuk sarapan.
Di tempat lain, bunga lili tersenyum melihat tingkah Coro yang setiap pagi dilihatnya selalu berada di tempat yang sama. Dia mengintip dari jendela, terletak di antara rerumputan diluar rumah. Segaris dengan kamar Putri. Jika Putri tau keberadaannya, mungkin dia sudah memetiknya, karena dia begitu menyukai bunga Lili, dan Coro tau semua hal tentang putri, termasuk semua hal tentang kesukaannya.
Sebentar lagi mungkin bunga Lili tiba pada waktunya layu, kering lalu hilang. Coro selalu datang membawakan setetes air dan duduk mendengarkan semua yang diceritakan. Mereka berkawan.
"Ikatkan benang itu pada tangkaiku". Bunga Lili berkata pada Coro.
"Tapi nanti kau akan ketahuan, dan dipetik ole putri". Coro tidak mau.
"Tidak apa-apa, apalah artinya, sebentar lagi aku layu dan hilang dilahap bakteri lalu melebur menjadi tanah, aku tidak ingin hilang sia-sia".
"Putri pasti akan senang dengan pemberianmu, kau hanya perlu meletakkan benang itu di hadapan Putri agar dia dapat mengetahui letakku. Percayalah, semuanya akan baik-baik saja. Bukankah kau ingin Putri senang?". Bunga Lili tak mau menyerah.
Coro mengerti. Sebuah pelukan mengantarkan mereka pada sesuatu yang bernama....'perpisahan'.
Sang putri pergi kekamar mandi, mengenakan handuk baju berwarna putih. Coro kembali kekamar putri, kali ini dengan sebuah untaian benang tali di tangannya. Helai benang itu terulur hingga ke tempat Bunga Lili berada.
Setengah jam berlalu, Coro sudah mengambil posisi tepat di depan pintu kamar mandi. Air keran terdengar sudah dimatikan.
Sang putri teriak sekencang-kencangnya, Dia datang menghampiri Coro, Coro tersenyum menyambut sang Putri. Kebahagiaannya memuncak. Sang Putri semakin dekat, diambilnya sendal yang dikenakannya. "Plakk". Sebuah hantaman tepat melahap tubuh Coro. benangnya terlepas, tubuhnya hancur. Selang beberapa lama Putri kembali tenang. Dia membuang sisa-sisa tubuh Coro dengan sebuah hentakan kaki.
Putri sudah selesai berdandan. Dia berjalan perlahan menuju keluar kamar, dan dibeberapa langkah awal dia mendapati sebuah untain benang yang cukup panjang, melintas melewati jendela menuju halaman samping, tepat di depan jendela kamarnya. Diikutinya untaian benang tali itu. Dia tersenyum riang. Berjingkrak menemukan bunga Lili yang disukainya. Dipetiknya bunga Lili dengan penuh suka cita. Dibersihkannya sisa-sisa debu yang ada. Ditaruh di dalam pas bunga. Putri pergi menyelesaikan urusannya.
Senja berlalu, Putri akhirnya kembali kekamarnya. Dia benar-benar lelah. Sepatunya masih dikenakannya. Hanya tas nya yang diletakan. Putri terpejam.
Satu jam kemudian. Ibunya datang membangunkan.
"Sayang, ayo makan malam dulu".
Dimeja makan, seluruh anggota keluarga kecil itu sudah menunggu.
"Ibu, aku bermimpi, ada seorang pangerang, bernama Coro, datang membawakanku setangkai bunga Lili".