Atas nama rindu yang tertunda dan waktu yang menyatu. Aku selalu mengagumi tetesan hujan yang jatuh. Mengintai pelan-pelan setiap jiwa yang berjauhan dan saling merindukan. Bahkan keajaiban memaksa keyakinan untuk tetap percaya.


Waktu, seperti anak kecil yang berpura-pura menangis meminta sesuatu pada ibunya. Merengek lalu mendapatkan apa yang diinginkannya. Setelah itu, ceria datang dengan sendirinya, seolah tak pernah terjadi apa-apa.


Rindu dan Waktu menyatu, membungkus balutan hidup pada perasaan takut kehilangan. Menutup rapat menyembunyikan kewajaran. Mengurung logika dalam ketidakwarasan. Setelah itu jarak akan menjadi penyempurna semua ketersiksaan yang ditimbulkan. Perpaduan sempurna atas nama rindu dan waktu yang menyatu. Terkumpul menjadi sesak diantara ruas rusuk, seperti hujan yang tertahan dan hanya terdengar dari kejauhan. Aku menyebutnya, rindu...


2 Comments

Diberdayakan oleh Blogger.