Cerita khas yang tak lepas dari masalah pribadi dan cerita-cerita remaja lainnya sepantaranmu, kadang aku merasa agak canggung dengan semua itu, tapi demi kenyamanan dan kelegaanmu melepas semua penat dan keluhmu itu, aku selalu bersedia terlarut masuk terbenam dalam kalimat-kalimat keluhan yang kau tuturkan,
Setahun sudah waktu bergegas dan menarik apapun dalam dimensinya, tapi dari caramu bicara, dapat kusimpulkan semua itu tak berlaku, tak ada kronologis pada sesuatu yang tidak berada didimensi waktu, lagi dan lagi, sepertinya kamu tak merelakan, terus membahas tentang sesuatu yang sudah kubuang, jauh, masa lalu.
"Inget ga waktu kita....", "Dulu kan kita...", "Coba kalau dulu kita..."
Aku hanya tersenyum dan tawa kecil kadang menjadi jawaban terbaik yang bisa kuberikan untuk semua yang kau bicarakan atau ditanyakan, bukan apa-apa, kamu hanya terus membahas tentang sesuatu yang sudah kubuang, jauh, masa lalu.
"I'm Yours", betapa jelas tempat yang kau pijak dengan berkata seperti itu, Tidak kemanapun selama setahun lebih, kedewasaanmu tetap tersembunyi entah dimana, atau mungkin juga aku yang tak kunjung dewasa dan menganggap semua masalah itu adalah tanggung jawab pribadi masing-masing, entitas eksternal hanyalah uluran tangan Tuhan untuk membantu, aku hanya berbisik dalam hati, tak ingin berkata-kata apapun, apalagi menceritakan penilainku tentang apa yang kulihat, karena itu terdengar sedikit kejam dan mungkin bisa menyakiti hatimu itu.
Suasana mulai mulai terasa tak ramah, dan aku sangat mengenali suasana seperti ini, dimana daun yang melihat saling berbisik menceritakan kita yang semakin diam, serangga-serangga yang sedari tadi mengintip dari celah dedaunan itu hanya bengong memperhatikan dua makhluk yang sebentar lagi akan saling bertengkar, Seperti biasanya, dan aku sudah sangat jengah. Bagaimana lagi harus menjelaskan bahwa duduk permasalahan itu, penyebab semua ketidak akuran itu, penyebab semua masa lalu itu adalah ego, tapi tak pernah sekalipun saling mengerti.
Aku hanya bisa tersandar dan memejamkan mata, duduk dibangku kayu yang sama kerasnya dengan hatimu itu, meminta jalan keluar tapi tak mau mendengarkan, bertanya tapi tak ingin jawaban, maka aku hanya bisa diam.
Semesta seolah sependapat, mungkin aku harus menjelaskan dengan bahasa yang kamu mengerti, dan ego mu itu bisa kamu lihat sebagai wujud lain yang kamu pahami, sehingga nanti, kita tak akan pernah bertengkar lagi.
Benar saja, kamu tertawa terbahak-bahak begitu lepasnya setelah melihat ini, kamu benar-benar bahagia, bahagia seutuhnya. "lucu y, maksa banget, walaupun main alat musik nya lumayan bagus, tapi vocal nya ga jelas, ga ngerti, tapi ekspresinya itu aneh banget dan akhirnya bikin ngakak sampe capek, kenapa lagunya mesti I'm Yours?!..harusnya bawain lagu anak-anak aja!", kamu tiba-tiba berkelakar dan begitu jelas menyimpulkan hasil analisamu itu, sejelas-jelasnya.
Terimakasih Tuhan, akhirnya dia tau, do'aku terjawab sudah, pesanku tersampaikan sudah.
"Itulah kamu, dan mungkin itulah alasan kenapa kamu tidak pernah memahami orang lain, bahkan egomu sendiri, mungkin kita harus bisa bicara dulu untuk bernyanyi, dan bukan senandung hati, krn kt bukanlah manusia limited edition yang diberikan kemampuan khusus oleh Tuhan untuk bertelepati, sehingga untuk menyampaikan apa yang ingin kita ungkapkan, kita harus berbicara, berbahasa." aku akan coba bersabar lebih lama, menunggu kau tumbuh dan kita bisa saling tertawa, dalam cara serupa dalam bahasa yang sama....dan hingga saat itu tiba, aku tak akan membicarakan apapun denganmu, apapun..karena aku tidak memiliki kuasa apapun terhadap waktu yang bisa merubah segalanya, dan jika nanti aku tak dapat kau temui, maka itulah bahasa yang harus kamu baca, Jangan kembali lagi...