Pelankan sedikit suaramu,
Maka kau akan mendengar bisikan ini, yang selalu meneriakkan rindu yang terbawa hujan..
Membasuh semua yang dilewatinya hanya lewat pesan. Hanya itu..
Mendekatlah lebih tenang,
Maka kau akan melihat ukiran ini, yang selalu menuliskan namamu yang tertatar rapi pada jejak yang disamarkan..
Mengingatkan bahwa waktu terus berjalan..
Karena mungkin aku tak ingin melupakanmu,
Atau mungkin aku tak ingin kau melupakanku. Sesederhana itu...
Jangan katakan tak ingin, jika kau menginginkannya,
Karena do'a dapat terkabul bahkan dari kata yang tak seharusnya..
Lakukan saja yang terbaik dari memandangi langit,
Impikan yang besar karena pada akhirnya kita hidup dalam impian itu..
Percayakan saja pada hati kecil yang selalu meronta dan berteriak lebih keras mencoba memberitahu kebenarannya,
Tapi sesering itu pula kita mengacuhkannya hanya karena rasa takut tak beralasan..
Maka mendekatlah perlahan, biar kulukis bait-bait indah dari senyummu dalam segenggam tawa...
Menciptakan kenangan,...
Lalu bermuara pada sebuah pelukan yang selama ini dinantikan...
Ketika ada seseorang menyuruhmu untuk berhenti, atau menunjukan ketidak-senangannya atas apa yang sedang kau usahakan, maka melajulah, jangan pernah Berhenti, kecuali atas kehendakmu atas pilihanmu, karena itulah yang mereka ingin lihat darimu. Ketika seseorang menertawakan mimpi-mimpimu, berjuanglah, lukai harga dirimu untuk membesut laju yang tak pernah dibayangkan sebelumnya. Itu yang selalu kulakukan. Aku sedang belajar sesuatu. :)
the first pizza i made.. |
Pizza pertama yang gue buat untuk pertama kalinya seumur hidup, dicicipi oleh semesta, sahabat dan partner terbaik gue, dan kali ini dia mewujud sebagai orang-orang terpenting dalam hidup, pemilik sudut, keponakan-keponakan yang selalu menjadi salah satu alasan utama mewujudkan mimpi.
Lewat pembiasan, kotak pengap itu menjadi hangat.. |
Kita adalah himpunan dari berbagai macam cerita yang adakalanya saling beririsan, membaur dan harus menyatu untuk saling melengkapi. Meskipun begitu, irisan-irisan itu adakalanya hanya sebuah pilihan. Pilihan untuk memperhatikan saja atau menjalani 'keparalelan' yang penuh basa-basi.
Menjadi penyendiri di tengah keramaian, Memilih sunyi diantara kebisingan, bukan karena pemalu atau tak ingin menyatu, adakalanya, diam dan memperhatikan, menjadi jalan terbaik dalam ketidaktauan dan kemuakan akan semua perumpamaan yang disampaikan seolah-olah saling mengerti dan memahami, padahal hanya mengaktifkan bom waktu yang seuatu saat akan membuyarkan semua yang telah dibangun itu begitu saja. Sekejap.
Introvert. Sebutlah apapun itu. Minoritas dalam dunia yang kubentuk, memahami dunia apa adanya tanpa harus berselimutkan pengandaian yang tak seharusnya. Memang, adakalanya kita tak harus selalu seperti itu, tapi kita juga memiliki pilihan untuk jujur apa adanya atau bahkan hanya sebatas diam pada ketidak-setujuan itu.
Minum secangkir kopi di pagi hari, atau bercerita pada orang-orang terpilih untuk diikutsertakan, dan tentu saja, orang-orang itu dari berbagai macam cara untuk ditemukan, dan hanya mereka yang bisa memahami tanpa bertanya. Masih kupercaya masih ada banyak untuk ditemukan. Kesejatian yang mengantarkan pada kemaklukman dan jangka waktu yang sangat lama.
Bayangkan, dipagi hari kau sudah harus mendengar ocehan ini-itu tanpa jelas maksudnya, tanpa ada isi terkandung didalamnya, hanya uraian ngalor-ngidul tanpa pesan apapun, lalu berkumpul dengan orang-orang yang kau anggap teman, lingkungan sosial yang berjubel, mereka itu yang kau anggap "sahabat" terdekat, padahal mereka itu yang menertawakan mu ketika terpuruk jatuh kelembah yang dalam, atau kalau kau beruntung mereka hanya menghindar diam seolah kau ini adalah makhluk bervirus penyebab penyakit menular yang mematikan. Kita memang bebas memilih. Termasuk juga kita dalam pilihan itu.
Sebutlah apapun itu, tapi rasanya, beberapa orang saja sudah cukup, meski kadang 'seleksi alam' tak bisa dihindarkan. "Banyak" juga tak berarti apa-apa.
Dengan begitu rasanya sudah cukup lama menjadikan diri sendiri merasakan bebas nya terbang atau nikmat tak terhingga hanya dari segelas kopi yang bahkan berampas pahit. Toh masing-masing dari kita memiliki caranya masing-masing untuk pilihan dan kebahagiaan, setelah kucoba ini-itu, menjajaki berbagai macam cerita atau pengkarakteran yang tak seharusnya. Menyisakan prasasti yang cukup beruntung jika terbaca sepenuhnya. Dan disinilah akhirnya semua bermuara. tempat dimana aku bebas berbicara dengan diriku sendiri, tempat dimana aku menatap seseorang di dalam cermin dan selalu melegakan karena bayangan itu adalah diriku sendiri, bukan orang lain, tempat dimana aku diam tanpa dipertanyakan, tempat dimana orang-orang yang kupilih untuk berbagi, yang bercerita apa-adanya dalam berbagai cara selain-kata-kata saja.
Rasanya, tak ada lagi tempat terbaik selain dunia hening ini, tempat dimana aku menyaksikan banyak peran, pemeran figuran, pemeran utama, antagonis, protagonis, orang gila, orang waras, orang jujur, orang dengan penuh omong kosong tak bermakna, orang yang menasehati tapi dirinya sendiri lebih butuh nasehat itu, bahkan orang kepepet yang selalu berbohong untuk menutupi kelemahannya. Aku bahagia bukan karena menertawakan penderitaan semacam itu, tapi peran-peran yang kusaksikan itu menjadikanku penonton yang bisa duduk manis dalam diam menyaksikan betapa ketidaksinambungan dan ego berdampak besar untuk jalannya cerita. Skenario yang terjadi begitu saja, mengalir seperti sungai yang mual lalu memuntahkan setiap yang dikandungnya. Aku satu-satunya manusia 'normal' didunia hening ini, dan mereka menganggapku satu-satu nya manusia yang 'tidak normal' di dunia mereka, begitulah penilaian yang sering kita teriakkan pada orang lain. padahal masing-masing dari kita, disadari atau tidak, memiliki Dunia di dalam pikirannya masing-masing. Sebutlah apapun itu...
Membayangkan betapa lelah nya kau menjalani hari-hari penuh penantian
Bahkan semua rasa yang kau bina terhalang untuk melangkah
pada jalan yang kau pilih untuk bersama
Pemersatu kian tak utuh menjauhkan
dan sekali lagi,
daun-daun itu hanya menertawakan
mempermainkan mu dengan cahaya yang ditujukan untukmu,
untuk kebahagiaanmu...
Tak ada seorangpun yang mendengar kesedihan itu
kesedihan yang takkan pernah terlihat
tersamar oleh ketegaran dan keras kepalamu untuk duduk sendirian
Apa kau tak kedinginan? jawab aku!
angin malam yang mereka pikir menyejukkan itu, telah mencabik kerinduanmu bukan?
angin itu pula yang menegaskan kesendirianmu bukan?
tapi begitulah kita, pemimpi yang tak pernah akan dimengerti...
karena kita hanya menceritakan semua nya pada coretan yang kita pilih sendiri...
kau dengan tawa riangmu itu membuatku amat perih,
karena dengan jelas aku dapat merasakan angin malam yang sama,
lihatlah sekelilingmu...
adakah bintang yang dapat kau lihat?
bagaimana dengan bulan yang kau maksud?
bahkan jumlahnya tak cukup banyak untuk meredam sulaman cahaya bintang
dan kalian harusnya saling melihat dalam kesendirian itu, Meski di tempat yang berbeda!
Semua kata yang kau samarkan dibalik kertas yang kau tulis...
tidakkah semua itu lebih menyakitkanmu?
tidakkah manusia yang akan bersandar kemudian tau, jika ternyata semua yang kau rasakan
kau tulis dibalik semua hal yang tak tampak...
dan semua yang tak terhingga yang kau maksud kini ada batasnya..
kecuali hal yang kau tuliskan tetang sahabat-sahabatmu itu...
kulihat kau bersedih tiada tara,
ketika aku melintas tepat di jalan yang kulalui yang terletak persis dihadapanmu..
tapi siapalah aku, pembatas jalan itu menghalangi niat ku untuk menemanimu dalam kebersamaan..
dan aku tau tempat itu bukan bukan untuk cerita lain..
aku hanya memperhatikanmu tepat diujung gelap dengan sedikit cahaya terang,
mungkin saja suatu waktu kau menyerah dan aku yang akan memberikanmu tempat berpijak...
bukan,..
bukan untuk kiasan...
tapi untuk mengangkatmu ketempat yang lebih ramai..
dan setelah itu kau kan temukan makna yang kau cari...
pendamping yang kau pilih atas petunjuk Tuhan..
maka...berlarilah...
kejarlah kepastianmu
rasa takut itu hanya akan membuatmu semakin hening kemudian layu
maka...berlarilah...
kejar kepastianmu...
Nyanyian sudah berhenti,
suara yang tadinya riang mulai kehausan,
kehabisan nafasnya untuk menahan lelahnya
padahal masih banyak lirik yang ingin disampaikan,
mungkin menuliskannya menjadi cerita lain yang lebih bijaksana.
Bersembunyi di balik awan mendung
seolah akan hujan,
mengurai langkah mereka yang tak ada
padahal dibalik itu ada lantunan merdu yang membangkitkan kenangan masa lalu
padahal dibalik itu ada kesejukan dari jejak yang telah usai
padahal masih banyak cerita yang ingin dikisahkan
mungkin menuliskannya menjadi cerita lain yang lebih bijaksana.
Waktu sudah membawa ilalang menggelitik kaki langit
seolah meredup lampunya padam
padahal berpaling pada sisi lain yang tetap memperhatikan
hanya tergoda sentuhan angin yang kadang ada dan kadang tidak
padahal masih banyak yang ingin kutanyakan
mungkin menuliskannya menjadi cerita lain yang lebih bijaksana.
Biarkan memudar untuk bernafas lebih lama
sudah cukup memperhatikan anak waktu menertawakan
biarkan hilang untuk kembali lebih berharga
meski masih banyak yang ingin disampaikan
meski masih banyak yang ingin dikisahkan
meski masih banyak yang ingin ditanyakan
mungkin menuliskannya akan menjadi cerita lain yang lebih bijaksana
karena ternyata..
Senja ada batasnya...
maka aku hanya akan tersenyum saja
aku tak akan menentukan siapa aku
aku tak akan membatasi banyak hal yang sudah terlalu banyak berbatas
dan aku tak akan berbicara sepatah katapun kecuali untuk bintang
yang bersinar terang disekitarku,
dan cahaya nya memandangi setiap langkahku
hingga aku tak kuasa lagi untuk berbicara...