Panggilan telpon terus berbunyi, tapi aku tidak ingin mengangkatnya sama sekali. Karena bagiku, orang yang mampu membohongi orang yang paling dicintainya dikebohongan sekecil apapun, memiliki potensi melakukan hal-hal paling tidak mungkin untuk mendapatkan segalanya demi memastikan segala sesuatunya searah dengan semua yang diinginkannya. Padahal dalam hidup, beberapa hal hanya perlu kita terimakan apa-adanya. Tanpa syarat apapun. Cinta, sudah memiliki hukum-hukumnya sendiri yang mutlak.

Kamu baru saja terbang ke New York bersama pria bermata dalam, transplantasi sumsum tulang belakangnya berhasil, dan dalam rentang waktu itu tidak ada kabar apapun selain telpon yang biasanya ringkih penuh dengan canda-tawa suara kita, kini hanya menjadi sebongkah benda tak berguna. Tak ada kamu disana. Yang ada hanya rasa khawatir dan caci maki pada diri sendiri bahwa jarak benar-benar menjauh 2x lipat ketika tak ada apapun yang bisa digunakan untuk memangkasnya.

Dan setelah hari itu, tak adalagi cerita tentang kejenuhanmu meminum obat, rasa sakit atau suasana mencekam karena rintihanmu menahan sakit. Segala sesuatu menjadi keajaiban, kamu seperti terlahir kembali.  Kemudian sahabatku, yang kau panggil pria bermata dalam itu memberikan kabar yang tak kalah mengejutkan, bahwa kamu sudah pulih sepenuhnya, bahwa segala sesuatunya menjadi titik balik dan yang perlu dilakukan adalah melanjutkan impian.Meneruskan langkah, memastikanmu baik-baik saja, dan pergi untuk selamanya...





Leave a Reply

Diberdayakan oleh Blogger.